Jumat, 12 Juli 2013

Selalu Ada Jalan

Aku menulis entri ini tepat setelah membaca salah satu konten di blog salah seorang teman. Cukup menyedihkan, dan ada sedikit goresan dihatiku ketika membacanya. Namun, aku nggak kesal, atau marah, ataupun membalas isi blognya dengan kecaman atau hasutan. Malah sebaliknya, aku ingin memberitahu temanku itu sesuatu. Sesuatu yang mungkin seharusnya ia perhatikan dan renungkan kalau ia ada waktu untuk membaca entriku ini .

Aku sama seperti dia. Dilahirkan bukan dari keluarga kaya raya, melainkan keluarga yang biasa saja, sederhana saja. Aku nggak memiliki garis keturunan khusus, malah, aku memiliki darah dari banyak ras dan agama. Orang tua ayahku adalah kristiani, kakek berasal dari Manado, seorang polisi yang ditugaskan di pulau Jawa sehingga bertemu dengan nenek yang merupakan orang Jogjakarta .
Sedangkan dari pihak ibu, lebih banyak lagi. Kakek memiliki darah Cina dan Aceh, dan bahkan dapat berbicara bahasa Mandarin. Sedangkan nenek adalah orang Jawa, mereka semua Islam .


Kisah keluargaku, dan aku tentunya, nggak sebahagia keluarga lain. Banyak konflik dan perpecahan, mungkin karena dari ras berbeda dan agama yang berbeda. Tapi aku tak pernah mempermasalahkan hal itu. Justru karena itulah, aku sangat menghargai perbedaan, dan aku sungguh nggak bisa menoleransi adanya perpecahan dengan alasan perbedaan. Perbedaan pendapat mungkin wajar untuk didebatkan, tapi rasisme dan lain sebagainya, aku tak terima .

Ayahku seorang polisi dan ibuku hanyalah pegawai swasta biasa yang nggak pernah naik pangkat walau sudah bekerja selama belasan tahun hanya di satu perusahaan. Kisah ortuku itu nggak berakhir bahagia. Mereka bercerai saat aku berumur 9 tahun karena suatu alasan yang aku tak mengerti. Ayah kembali ke Manado, sedangkan aku mengikuti ibuku, walau saat itu ayah memaksaku untuk mengikutinya ke Manado. Sejak saat itu aku resmi menjadi seorang anak dari keluarga broken home. Mendengar kata broken home, yang ada di pikiran masyarakat adalah anak tanpa harapan yang tak akan pernah mengerti arti dari kasih sayang orang tua. Aku tahu benar hal itu. Dan aku nggak mau terbawa arus seperti yang mereka katakan .

Aku tahu benar beban ibuku sebagai single parent, bagaimana beliau membanting tulang demi membiayaiku dan adikku. Aku tahu benar besarnya pengorbanan ibuku saat aku mulai masuk ke pondok pesantren. Aku tahu benar bagaimana galaunya ibuku saat aku ingin kembali ke Surabaya. Aku tahu benar beban ibuku menanggung biaya pendidikanku dan adikku yang nggak murah. Aku tahu itu semua dengan baik. Walau beliau kini telah menikah lagi, aku memiliki figur seorang ayah lagi, tapi aku tetap lupa bagaimana figur seorang ayah sesungguhnya, seorang ayah kandung .

Aku tahu setiap malam ibuku menangis berdoa pada Allah untuk meringankan segala urusannya, urusanku dan kelak urusan adikku yang beranjak remaja. Dan aku yakin Allah sangat menyayangiku, aku nggak pernah meragukan hal itu .

Memasuki bangku SMA, setelah masa SMP aku habiskan di pondok dengan memikul beban sebagai anak broken home dan masih membawa "nama" dari ayah, aku mulai merasakan kasih sayang Allah .
Baik ayah maupun ibu, keduanya hanya tamatan SD dan bukan guru. Mereka bukan pengajar. Kesimpulannya, aku nggak dilahirkan dengan otak jenius seperti temanku yang ayah dan ibunya sama-sama sarjana. Tapi ajaibnya, aku mengalahkan mereka yang dianggap jenius dan pintar .
Aku nggak pernah mendeskripsikan diriku sebagai anak pintar walau nilaiku besar. Aku anggap itu hanyalah keberuntungan. Aku adalah anak yang beruntung. Entah kenapa, selalu saja ada kemudahan dalam mengerjakan soal, walau aku jarang belajar dan belajarpun, setengah hati. Aku selalu diuntungkan dengan banyak hal, entah itu secara teknis maupun non-teknis. Aku benar-benar merasakan pertolongan dari satu-satunya yang dapat menolongku disaat kesulitan. Allah .

Tiba waktu UNAS, aku nggak menggunakan bocoran walau banyak tawaran. Aku tahu, bocoran hanya akan membuatku syirik. Allah menganugrahiku dengan otak untuk berpikir, dan kesempatan belajar di SMA selama tiga tahun. Maka aku harus menggunakan kesempatan dan anugrah itu ketika waktunya tiba, yaitu UNAS. Aku nggak ingin semua usaha belajarku selama tiga tahun berakhir sia-sia dengan bocoran. Dan alhamdulillah, sekali lagi, Allah menolongku. Allah menujukkan bukti sayangnya padaku .

Ketika aku akan memasuki bangku kuliah, masalah yang aku hadapi sama dengan penulis blog yang aku baca. Masalah biaya .
Aku pun ikut memutar otak dengan mencari kampus yang murah namun berkualitas, aku tahu itu mustahil karena kampus bagus pasti mahal. Ibu bahkan berniat mencarikan hutang untuk membayar kuliah besok, aku nggak bisa menghentikan beliau yang sangat ingin melihatku kuliah dan merasakan atmosfer perkuliahan, karena beliau nggak pernah memiliki kesempatan untuk kuliah di waktu mudanya .
Dan, tiba-tiba, keajaiban datang lagi. Allah menolongku lagi .
Atasan ibuku memberikan hibah dengan jumlah yang besar untuk membiayai kuliahku, plus sang atasan menjanjikan ibuku akan pergi umroh karena suatu urusan. Alhamdulillah. Aku nggak pernah menyangka bantuan itu datang. Aku semakin yakin kalau setiap masalah .. selalu ada jalan keluarnya .

Aku ingat nasehat seorang guru SMA. Waktu itu aku curhat tentang biaya kuliah yang mahal dan bla bla bla. Beliau hanya tersenyum dan berkata ..
"Kalau ada kemauan yang kuat, selalu ada jalan. Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya terlunta-lunta mencari jalan. Allah selalu melihatmu. Allah menyayangimu"
Aku, yang saat itu skeptis tentang keinginan kuliah, mulai menemukan cahaya. Aku melihat satu jalan yang terbentang luas. Yaitu Allah .
Aku mulai memperkuat niatku dan meyakinkan diriku tentang kasih sayang Allah. Dan benar adanya. Bantuan itu datang dengan tiba-tiba sampai diriku sendiri hampir nggak percaya ada orang yang sebaik itu mau memberi uang sebesar 15 juta untuk biaya kuliah. Aku merasa sangat beruntung .
Ibu adalah orang pertama yang mengetahui bantuan itu datang dan segera memberitahuku, beliau memperlihatkan BBM sang atasan yang akan memberikan bantuan uang itu padaku dan beliau, ibuku, berkata ..
"Allah sangat sayang sama kamu, Nak"
Aku tersenyum dan semakin percaya akan kasih sayang Tuhan pada hamba-Nya. Aku tahu bahwa selalu ada jalan atas setiap masalah .

Mungkin tak semua orang akan mendapatkan keberuntungan sebesar keberuntunganku, tapi hal yang ingin aku katakan adalah, JANGAN BERHENTI PERCAYA .
Aku yakin Allah tak pernah mengacuhkan hamba-Nya, seperti yang dikatakan oleh guruku, kita hanya harus berusaha dan percaya. Dan yakin. Milikilah keyakinan yang tinggi pada Allah dan Allah akan memberi bantuan tanpa kita duga. Allah selalu melihat kita .
Allah akan menuntun kita pada jalan keluarnya. Karena, di setiap masalah .. selalu ada jalan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar