Padat. Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan jadwal kegiatanku selama beberapa bulan ke depan. Bagaimana tidak, aku harus berkali-kali pulang-pergi Surabaya-Malang untuk memenuhi panggilan dari pihak kampus terkait acara-acara pra-kuliah yang diadakan. Ya, belum masuk kuliah intensif saja sudah sepadat ini, bagaimana nanti?
Untuk daftar ulang kemarin pada tanggal 25, aku harus menginap di Malang selama lima hari karena suasana daftar ulang yang terlampau ramai mahasiswa baru. Aku bahkan harus beberapa kali balik ke kampus untuk memenuhi persyaratan yang diberikan. Itu hanya awal. Masih banyak kegiatan lain yang menunggu di depan sana. Ada jadwal bimbingan teknologi perpustakaan tanggal 1 Agustus, lalu tanggal 19-24 adalah pelatihan APLINET atau Aplikasi Internet dan Teknologi, aku kebagian jadwal jam ketujuh alias jam malam. Acara itu dimulai setelah maghrib dan kelar usai isyak. Esoknya, tanggal 25, adalah screening mahasiswa FISIP, fakultasku, di kantor BEM FISIP di Student Center. Sebelum screening itu, aku harus meresensi satu dari tiga pilihan buku yang tersedia untuk dipresentasikan pada saat screening. Dan ironisnya, sampai detik aku menulis entri ini, buku yang aku cari tidak ada.
Screening kelar, awal September, tepatnya pada tanggal 5, ada tes TOEFL di dome UMM. Dan untuk tes ini aku mendapat jadwal jam pertama, tepatnya jam tujuh pagi sampai jam sembilan. Tanggal 7-10 September adalah jadwal PESMABA atau Pengenalan Studi Mahasiswa Baru yang merupakan puncak acara pra-kuliah. Kuliah intensifnya sendiri baru dimulai pada tanggal 16 September yang kemudian disambung dengan acara pasca-kuliah yang sifatnya masih seperti perkenalan dan pembinaan, yaitu acara P2KK. Namun jadwal P2KK baru akan diumumkan di kantor jurusan masing-masing pada tanggal 16 September. Huft.
Oke, itu tadi adalah sedikit curhatan dan keluhan awal sebagai mahasiswa baru, calon mahasiswa untuk lebih tepatnya. Aku tahu mengeluh itu tidak baik, but I guess I need to do it, so please, get along with it.
Beberapa waktu yang lalu, aku menonton-walaupun nggak sampai selesai-seri ketiga dari serial Before Sunrise yang tersohor itu. Film yang dimaksud adalah Before Midnight, sebuah film yang rilis 18 tahun setelah film pertama. FYI, Before Sunrise is the best drama movie I've ever seen in my life. Though I've never watched the second installament of the movie-which is the Before Sunset-I ... somehow, unknowingly by myself, fell in love with the movie at the first sight. Yeah, the first time I watched the movie, that time, I immediately, fell in love with Jesse and Celine's dialogue.
Before Sunrise secara tiba-tiba menginspirasiku untuk menulis cerita yang serupa tapi tak sama dengan jalan cerita di film, tentu saja dengan sentuhan khas Indonesia dan dialog yang lebih Indonesia. Aku sadar aku bukan penulis hebat seperti Kim Krizan dan Richard Linklater yang akhirnya melahirkan film teromantis sepanjang zaman, namun aku bisa mencoba. I love writting, so why can't I? :)
Apalagi dengan dorongan dari seseorang yang, somehow gave me a little bit of courage and confident to do so. But it wasn't her, it was another person I knew well.
Aku mencoba untuk mencari materi dan tema yang pas untuk lebih meng-Indonesiakan cerita itu, bahkan dengan judul yang sepertinya memaksa agar tidak dikira karya jiplakan alias plagiat. Dan tentu saja, aku mencari metode penulisan yang tepat, sekali lagi untuk menimbulkan kesan bahwa aku nggak menjiplak. Karena, basically, aku nggak bertendensi untuk menjiplak karya dua penulis yang aku sebut tadi, tetapi, cerita mereka menginspirasiku untuk menulis cerita yang aku harap prestasinya menyamai mereka, at least diakui oleh orang-orang terdekat. Sampai sekarang, banyak raw material and random method berkecamuk di kepala meminta untuk diapresiasikan. It's not the right time, is it? I'm gonna have to be more patient to start writting. I do not want this story to be just an ordinary and original story. But, I want it to be more than it could actually be. I want it to be as perfect as it could be. I want it to be a little more complex but yet understable by anyone who read the story. So far, I have not found the formula.
So I guess, that's all anything I could say so far. I actually did not intend to write an entry but, it was a spare time so I thought I should write something over. It's better than not doing anything, and it's better than nothing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar