Surabaya. Nama salah satu dari empat kota terbesar di Indonesia, dan berada di urutan kedua setelah Jakarta. Aku lahir di kota ini, kota yang terkenal akan kisah heroiknya semasa zaman penjajahan dan hawanya yang terbilang terlalu panas. Surabaya, dengan segala seluk beluknya dan segala ucapan miring yang disematkan padanya, telah membuatku jatuh cinta.
Ya, 17 tahun sudah Surabaya menerimaku menjadi warga kotanya. Walau aku tak dapat memberi apa-apa pada kota ini selain berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuang sampah sembarangan. Aku sadar cintaku akan kota ini dijam-jam kepergianku dari kota ini untuk kedua kalinya - setelah sebelumnya aku menimba ilmu agama di ponpes di Gresik - kali ini, aku menuju Malang, kota pelajar lain untuk melanjutkan studi akademikku di level universitas.
Aku akan meninggalkan Surabaya lagi, walau kata mereka dekat dan tinggal pulang saja kalau rindu, well, ini bukan hanya sekedar pulang kampung saat rindu tiba. Karena, aku berencana untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar kuliah. Aku, mulai titik ini, ingin menjelajah banyak tempat baru - termasuk berusaha memperoleh beasiswa ke Eropa - dan konsekuensinya adalah, aku bakal jarang pulang ke Surabaya, rumah sesungguhnya.
Bagaimana Surabaya bisa tidak menjadi kota yang ku cintai, saat aku menggoreskan banyak tinta sejarah dan kenangan di kota pahlawan itu. Saat aku bertemu banyak orang-orang luar biasa dan unik di kota itu. Dan, bagaimana aku bertemu dengannya, mereka, kalian dan bagaimana 'kita' bisa tercipta. Aku memiliki banyak alasan untuk mencintai kota ini walau kata mereka cinta tak butuh alasan. I love that city with all I have and plenty reasons to explain why I love it.
Aku percaya suatu saat aku bakal kembali ke kota ini, dan melihat banyak perubahan untuk menjadi lebih baik dari pemerintah setempat. Aku percaya Surabaya bukan sekedar panas dan macet. Surabaya bisa menjadi kota dengan level dunia dan diakui. Surabaya memiliki potensinya dan sumber dayanya.
Hannah, guruku di KELT, pernah berkata bahwa ia nyaman tinggal di kota panas ini karena orangnya yang ramah dan santai. Meskipun ramah adalah tipikal orang Indonesia, Surabaya memiliki keramahan yang khas. Konsulat Jenderal Jepang untuk Indonesia bahkan mengakui kalau Surabaya adalah kota favoritnya daripada kota lainnya karena satu dua hal yang membuatnya merasa nyaman dan tak canggung. Surabaya, katanya, feels like home and familiar.
Aku cinta Surabaya, dan sampai kapanpun, walau begitu banyak kota yang aku kunjungi, Surabaya tetap rumahku. It feels familiar. It feels like home. It feels like family ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar